Thursday, February 28, 2019

Normal Itu Apa?

Desember 2018 lalu, aku terpilih menjadi volunteer kegiatan Bioskop Harewos #8. Kegiatan ini secara garis besar adalah kegiatan nonton film bareng teman-teman tuna netra dari PSBN Wyta Guna. Yup, kami nonton film dalam satu ruangan yang sama. Mereka yang tidak bisa melihat, bersama kami (volunteer) yang dianugerahi indera penglihatan yang sempurna.

Aneh? Tapi justru itu yang membuatku tertarik untuk menjadi bagian dari kegiatan ini. Beruntung sekali rasanya bisa terpilih menjadi volunteer di Bioskop Harewos #8, karena pada chapter ini volunteer juga dibantu oleh teman-teman thaller (pasien thalasemia) yang banyak memberikan pembelajaran hidup.

Seminggu sebelum kegiatan nonton film bersama, volunteer dan thaller berkumpul untuk menyiapkan kebutuhan acara. Pertemuan pertama kami diisi dengan perkenalan. Bukan sekedar memperkenalkan diri masing-masing, tapi bagaimana kami diperkenalkan dengan dunia teman-teman tuna netra. Di sana kami mengenakan penutup mata dan melakukan beberapa kegiatan, diantaranya kami harus menebak nilai mata uang yang diberikan, menonton film, dan berjalan tanpa melihat.



Kegiatan tersebut adalah simulasi dan bentuk persiapan sebelum kami menjadi pendamping teman-teman tuna netra di puncak acara. Di sana kami diajarkan bagaimana cara menuntun teman tuna netra ketika berjalan dan menonton film.

_________

Di hari kegiatan Bioskop Harewos #8, sejak pagi volunteer sudah siap menyambut teman-teman tuna netra di NuArt Sculpture Park. Awal kegiatan diisi dengan performance dari setiap kelompok yang sudah dipersiapkan seminggu sebelumnya. Seru banget! Ada drama, fashion show, senam, dan kami juga belajar cara membaca huruf braille. Nah, dari kegiatan ini, keliatan tuh ternyata teman-teman tuna netra punya banyak bakat. Ada yang jago main gitar, nyanyi, bari, baca puisi, akting, bahkan ngelawak!




Setelah semua kelompok selesai mempersembahkan penampilannya, akhirnya kita masuk ke acara puncak, yaitu nonton bersama. Volunteer dan thaller menuntun masing-masing teman tuna netranya menuju ruang audio visual. Sebelumnya aku mau selipin sedikit komentar arsitektur tentang NuArt Sculpture Park yaa hehe. Sirkulasinya udah cukup ramah difable sih, ada ramp, hand railing, elevator.. tapiii, sayang banget tombol elevatornya itu full touch screen dan ga ada huruf braille-nya. Semoga ini jadi satu masukan ya untuk pihak Nuart Sculpture Park :)

Yuk ah langsung cerita acara puncak! Sesuai dengan nama kegiatannya, Bioskop Harewos, kami volunteer meng-harewos-kan (membisikkan) setiap detail adegan yang terjadi dalam film kepada teman tuna netra di sebelahnya. Kami membisikkan siapa tokoh yang sedang berbicara, apa yang dilakukan tokoh tersebut, dan juga setting waktu dan tempat yang sedang terjadi di dalam film yang berjudul “Mencari Hilal” karya Ismail Basbeth tahun 2015.

Kanan, kiri, depan, belakang, tiap volunteer berusaha menjelaskan sejelas-jelasnya kepada teman tuna netra di sebelahnya. Dan alhasil, ini adalah bioskop terberisik yang pernah aku rasakan hahaha, karena banyak banget suara bisikan selama film diputar.


 

Setelah kegiatan nonton bareng selesai, volunteer melakukan refleksi bersama-bersama. Banyak banget pembelajaran yang aku ambil dari kegiatan ini. Terima kasih volunteer, thaller, dan teman-teman tuna netra yang membuatku sadar bahwa..

Oh ternyata,

Aku masih kurang bersyukur, masih sering mengeluh karena masalah kecil. Padahal kalo berkaca pada teman-teman tuna netra dan thaller, masalah mereka jauh, jauh lebih berat.

Oh ternyata,

Mereka hebat, asik, bertalenta. Mereka lebih dari apa yang aku bayangkan. Dan yang paling penting, semangat mereka benar-benar menamparku.

Oh ternyata,

Kita bisa saling berbagi dan menyerap energi positif satu sama lain, saling belajar, saling mengerti.

Dan oh ternyata,

Setelah kegiatan ini, aku jadi bertanya-tanya,

Normal itu apa?


No comments:

Post a Comment