Thursday, September 24, 2020

Adaptasi

“Semoga Corona-nya cepet beres ya, supaya kamu bisa pulang rutin kayak dulu..”

kata ibu, pada hari di mana aku dapat kabar kalo aku harus kembali work from office (WFO).

----

Setelah hampir genap 6 bulan work from home (WFH) karena pandemi, rasanya berat untuk kembali WFO karena aku nggak tau kapan aku bisa pulang ke rumah dan kumpul lagi bersama keluarga. Beberapa hari sebelum berangkat ke Jakarta, aku melihat kembali ke belakang dan mengingat momen 6 bulan WFH yang terasa sangat berharga. Berharga karena ada banyak pembelajaran yang aku dapat selama WFH, salah satunya yang ingin aku ceritakan sekarang.

Di masa awal WFH bulan April lalu, aku belum terbiasa dengan suasana 'bekerja di rumah'. Aku masih sering kesal ketika di tengah mengerjakan pekerjaan kantor, konsentrasiku terpecah karena panggilan atau teriakan ibu,

"Tolong buka-kan pintunya, Linnnn, ada yang ngebeeell. Ibu lagi di dapuuurr."

Aku masih sering mengoceh ketika sedang meeting online kemudian tiba-tiba ada suara gas mobil atau motor yang sedang dioprek ayah, karena memang hobi beliau begitu.

Aku merasa terganggu dengan hal-hal yang sebenarnya sangat normal terjadi di sebuah rumah. Aku belum sadar kalau ternyata justru aku lah yang membawa pulang hal asing ke rumah, yaitu pekerjaan kantor yang harus tetap ku kerjakan secara profesional meskipun aku berada di rumah yang seharusnya menjadi tempat aku menikmati waktuku dengan keluarga.

Tapi.. entah kapan waktu pastinya, aku menemukan titik balik di mana aku mulai terbiasa, mulai menikmati, dan bahkan mensyukuri momen-momen yang terjadi seperti ceritaku tadi. Aku sangat bersyukur masih bisa meluangkan waktuku untuk berangkat membantu ibu sebentar di tengah kesibukan pekerjaanku. Aku sangat bersyukur masih bisa mendengar ocehan ayah yang kesal karena mobilnya yang bandel. Aku sangat bersyukur masih bisa mencicipi masakan ibu setiap hari. Rasanya aku nggak ingin ke mana-mana lagi. Rasanya cukup.

Tapi ternyata Allah Swt. punya rencana lain. Aku kembali mendapat panggilan untuk WFO karena mungkin Allah ingin aku belajar lebih banyak hal di luar sana. Rasanya senang akan kembali betemu teman-teman kantor, tapi di hati terdalam rasanya sedih karena harus kembali berjarak dengan ibu dan ayah. Mungkin kamu akan menilai aku lebay alias berlebihan banget hahaha, tapi wajar karena bahkan aku pun heran dengan diriku sendiri. Dulu waktu kuliah aku sangat ingin merantau untuk bekerja, tapi sekarang rasanya malah ingin semakin dekat dengan ayah dan ibu. Memang aneh, tapi begitulah hidup, pahit manisnya baru terasa kalau sudah dilakoni sendiri, kan? Lagipula aku yakin semua cerita ini pasti sudah diatur oleh-Nya, dan tugasku adalah ikhlas serta tetap terus semangat.

Jadi teringat pernah membaca ini di suatu tempat,

“Nabi Ibrahim ketika harus pergi jauh bertahun-tahun, maka ia titipkan keluarganya kepada Allah Swt. InsyaAllah baik-baik saja.”

Yah.. bu.. aku belum bisa janji akan sering pulang, tapi aku janji di setiap doa akan aku selipkan salam serta harap semoga pandemi ini segera berakhir dan kita bisa berkumpul lagi, aamiin. Terakhir sebagai penutup, aku ingin ngikutin yang lagi viral ah, hehehe. Untuk ayah dan ibu, tolong dengerin lagu dari Tulus yang berjudul “Adaptasi” mulai menit ke 2:49, ya. Lirik lagu itu adalah perasaanku untuk kalian. Selamat mendengarkan :)