Desember 2018
lalu, aku terpilih menjadi volunteer kegiatan Bioskop Harewos #8. Kegiatan ini
secara garis besar adalah kegiatan nonton film bareng teman-teman tuna netra
dari PSBN Wyta Guna. Yup, kami nonton film dalam satu ruangan yang sama. Mereka
yang tidak bisa melihat, bersama kami (volunteer) yang dianugerahi indera
penglihatan yang sempurna.
Aneh? Tapi justru
itu yang membuatku tertarik untuk menjadi bagian dari kegiatan ini. Beruntung sekali
rasanya bisa terpilih menjadi volunteer di Bioskop Harewos #8, karena pada
chapter ini volunteer juga dibantu oleh teman-teman thaller (pasien thalasemia)
yang banyak memberikan pembelajaran hidup.
Seminggu sebelum
kegiatan nonton film bersama, volunteer dan thaller berkumpul untuk menyiapkan
kebutuhan acara. Pertemuan pertama kami diisi dengan perkenalan. Bukan sekedar
memperkenalkan diri masing-masing, tapi bagaimana kami diperkenalkan dengan
dunia teman-teman tuna netra. Di sana kami mengenakan penutup mata dan
melakukan beberapa kegiatan, diantaranya kami harus menebak nilai mata uang
yang diberikan, menonton film, dan berjalan tanpa melihat.
Kegiatan
tersebut adalah simulasi dan bentuk persiapan sebelum kami menjadi pendamping
teman-teman tuna netra di puncak acara. Di sana kami diajarkan bagaimana cara
menuntun teman tuna netra ketika berjalan dan menonton film.
Di hari
kegiatan Bioskop Harewos #8, sejak pagi volunteer sudah siap menyambut
teman-teman tuna netra di NuArt Sculpture Park. Awal kegiatan diisi dengan
performance dari setiap kelompok yang sudah dipersiapkan seminggu sebelumnya. Seru
banget! Ada drama, fashion show, senam, dan kami juga belajar cara membaca
huruf braille. Nah, dari kegiatan ini, keliatan tuh ternyata teman-teman tuna
netra punya banyak bakat. Ada yang jago main gitar, nyanyi, bari, baca puisi,
akting, bahkan ngelawak!
Setelah semua
kelompok selesai mempersembahkan penampilannya, akhirnya kita masuk ke acara
puncak, yaitu nonton bersama. Volunteer dan thaller menuntun masing-masing
teman tuna netranya menuju ruang audio visual. Sebelumnya aku mau selipin
sedikit komentar arsitektur tentang NuArt Sculpture Park yaa hehe. Sirkulasinya
udah cukup ramah difable sih, ada ramp, hand railing, elevator.. tapiii, sayang
banget tombol elevatornya itu full touch screen dan ga ada huruf braille-nya. Semoga
ini jadi satu masukan ya untuk pihak Nuart Sculpture Park :)
Yuk ah langsung
cerita acara puncak! Sesuai dengan nama kegiatannya, Bioskop Harewos, kami volunteer
meng-harewos-kan (membisikkan) setiap detail adegan yang terjadi dalam film
kepada teman tuna netra di sebelahnya. Kami membisikkan siapa tokoh yang sedang
berbicara, apa yang dilakukan tokoh tersebut, dan juga setting waktu dan tempat
yang sedang terjadi di dalam film yang berjudul “Mencari Hilal” karya Ismail
Basbeth tahun 2015.
Kanan, kiri,
depan, belakang, tiap volunteer berusaha menjelaskan sejelas-jelasnya kepada
teman tuna netra di sebelahnya. Dan alhasil, ini adalah bioskop terberisik yang
pernah aku rasakan hahaha, karena banyak banget suara bisikan selama film diputar.
Setelah kegiatan
nonton bareng selesai, volunteer melakukan refleksi bersama-bersama. Banyak banget
pembelajaran yang aku ambil dari kegiatan ini. Terima kasih volunteer, thaller,
dan teman-teman tuna netra yang membuatku sadar bahwa..
Oh ternyata,
Aku
masih kurang bersyukur, masih sering mengeluh karena masalah kecil. Padahal
kalo berkaca pada teman-teman tuna netra dan thaller, masalah mereka jauh, jauh
lebih berat.
Oh ternyata,
Mereka
hebat, asik, bertalenta. Mereka lebih dari apa yang aku bayangkan. Dan yang
paling penting, semangat mereka benar-benar menamparku.
Oh ternyata,
Kita
bisa saling berbagi dan menyerap energi positif satu sama lain, saling belajar,
saling mengerti.
Dan oh ternyata,
Setelah
kegiatan ini, aku jadi bertanya-tanya,
No comments:
Post a Comment